sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2011/07/15/242087/293/14/Kasihan-Dana-Riset-Indonesia-Terkecil-di-Dunia
Jumat, 15 Juli 2011 04:38 WIB
JAKARTA--MICOM: Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) Zuhal mengungkapkan, dana riset (Research and Development) Indonesia merupakan yang terkecil di dunia. Porsi dana penelitian itu hanya 0,1 % dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, dengan besaran Rp10 Triliun atau 0,8 % dari APBN. Itupun, alokasi dana riset tersebut tersebar ke berbagai kementerian/lembaga.
Besaran alokasi dana riset yang minimal itu dituding menjadi penyebab mandegnya daya saing dan kreativitas, yang berguna bagi kemajuan ekonomi bangsa. "Kita ini rangking 36 (dalam inovasi), tetapi enggak punya daya dorong. Jadinya mandeg," cetus Zuhal, saat ditemui di sela-sela acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harkiteknas), di Gedung BPPT II, Jakarta, Kamis (14/7).
Ia mengakui, Indonesia pada prinsipnya memiliki banyak ahli riset. Namun dengan daya dorong lewat dana serta regulasi yang lemah, maka riset yang dihasilkan pun hanya setengah-setengah. Hal ini diperparah dengan tidak berfokusnya dana R&D itu di satu Kementerian."Potensi Indonesia untuk bangkit sangat besar, kalau ekosistemnya mendukung. Tapi kita lemah karena ekosistem inovasi belum berkembang," ucap mantan Menristek ini.
Pihaknya sejak beberapa waktu lalu telah mengusulkan kepada pemerintah untuk meningkatkan dana riset ini paling tidak 10 kali dana saat ini, atau 1% dari GDP. Usulan ini, lanjutnya, juga didukung utusan khusus Presiden Obama, yakni Bruce Albert dari Academy of Science. "Juga seharusnya ada keringanan pajak bagi dana R&D swasta. Masalahnya sekarang dana itu masih dipajakin," keluhnya.
Solusi lainnya, sambung Zuhal, adalah melalui pengalihan subsidi BBM yang saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 100 Triliun. Dengan pengalihan dana untuk riset tersebut, katanya, sekaligus diharapkan dapat membangun sumber energi baru di luar BBM. Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (solar cell), misalnya."Ini yang namanya berpikir out of the box. Dan ini yang kurang dipikirkan pemerintah karena kesibukannya," tandas Zuhal yang pernah memimpin PLN itu. (*/OL-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar